CERPEN
KACAMATA PAK MIN
Tak terasa Dea sudah sampai di depan pagar
sekolahnya. Dea pun pamit dan berpesan, ”Nanti siang kalau menjemput jangan
terlambat ya Pak Min!” Pak Min pun menjawab dengan bercanda, ”Siap...Bos!”
Jam
sudah menunjukkan pukul 13.30, namun Pak Min belum kelihatan batang hidungnya, dimanakah dia? Dea merasa cemas, jangan-jangan Pak Min lupa ya? Tapi ah... nggak mungkin, Pak Min orangnya
disiplin, dia selalu tepat waktu. Atau jangan-jangan Pak Min sakit ya..? detik
demi detik berlalu, Pak Min belum muncul juga, lama-lama Dea didera rasa ketakutan,rasanya ingin menangis.
Pak Min adalah orang kepercayaan
keluarganya, laki-laki berkacamata itu adalah seorang tukang becak yang selalu dimintai
tolong untuk mengantar dan menjemput Dea sekolah. Sebetulnya rumah Dea tidak
terlalu jauh, tetapi jalan di dekat rumahnya tidak dilalui angkutan umum,
sedangkan mama papanya adalah orang yang super sibuk , sampai-sampai Dea
memberi julukan jarum super alias
jarang di rumah suka pergi.
Pak Min adalah seorang kepala keluarga
yang mempunyai 5 orang anak. Istrinya adalah buruh cuci di sebuah laundry.
Untuk menghidupi keluarganya Pak Min bekerja keras , selain bekerja sebagai
tukang becak, apa pun yang bisa menghasilkan uang dia lakukan untuk tambahan
belanja keluarga dan menyekolahkan anaknya.Selain bekerja sebagai tukang becak
dia bekerja serabutan di rumah Pak Hendra papanya Dea. Tiap hari Pak Min diberi
tugas untuk mengantar dan menjemput Dea, sehingga Dea pun merasa Pak Min sudah
seperti orang tuanya sendiri, kadang keluh kesah dan problem yang dialaminya
sering ditumpahkan pada Pak Min , bukan pada mama papanya.
Saat dia melamun di depan sekolahnya
tiba-tiba sebuah mobil Xenia masuk ke
halaman sekolah, Dea hafal itu adalah mobil papanya. Nampak papanya turun dari
mobil dengan tergesa-gesa lalu menghampiri Dea. “ Dea ayo segera pulang ,Nak”
kata papanya. Dea kaget karena tak biasanya papa menjemputnya di sekolah.
“Memang Pak Min kemana Pa?” jawab Dea dengan nada cemas. “Pak Min di rumah
sakit, tadi saat menjemputmu dia tertabrak mobil” kata papanya lagi.
“Ya Allah....terus kondisinya
bagaimana Pa?” tanya Dea sambil menangis terisak.
“Alhamdulillah jiwanya masih tertolong, tetapi
kaki kirinya patah, Nak” lanjut pak Hendra. Tak terasa mobil sudah memasuki halaman
Rumah Sakit Usaha Sehat. Dea sudah tak sabar ingin segera mengetahui kondisi
Pak Min. Sampai di bangsal 4A Dea melihat Pak Min tergolek lemah ditunggui Lena
putri sulungnya. “Maafkan Pak Min ya Non, tadi nggak bisa menjemput” kata pak Min pelan. “Tidak apa-apa pak Min,
pak Min ga bersalah”. Cepat sembuh ya, kata Dea sambil menyalami Pak Min.
Seminggu kemudian Pak Min sudah
diperbolehkan pulang. Namun dia belum bisa
aktif bekerja lagi. Saat Dea menjenguk Pak Min Di rumahnya, tiba-tiba Pak
Min menangis, dia berkata kalau tidak bisa mengantar dan menjemputnya lagi. Dea
kaget campur sedih, lalu bertanya,” Kenapa Pak Min ? bukankah kakinya sudah
sembuh?”. “Iya Non, memang kaki saya sudah sembuh, tetapi saya tidak bisa
bekerja lagi tanpa kaca mata, kacamata saya pecah saat kecelakaan itu terjadi”
jawab Pak Min terbata-bata.
Dea pulang ke rumah dengan perasaan
sedih, dia termenung di kamar dan mencari jalan keluar untuk bisa membantu Pak
Min. Terpikir olehnya untuk meminta uang pada papanya, tetapi Dea tahu papanya
baru saja membantu biaya rumah sakit dan operasi kaki Pak Min yang jumlahnya
cukup banyak.
Tiba-tiba Dea teringat angry bird
tabungan kesayangannya. Lalu tanpa pikir panjang, tabungan angry bird kesayangannya dibuka,lalu isinya
dituang ke dalam tas plastik. Esok hari Dea pergi ke rumah Pak Min. Dea ingin
membelikan kacamata untuk Pak Min agar Pak Min bisa bekerja lagi.
Wisanti, 31 Mei
2013
Bunda Ayu Dewi