Rabu, 12 November 2014



CERPEN
KACAMATA PAK MIN
 Tak terasa Dea sudah sampai di depan pagar sekolahnya. Dea pun pamit dan berpesan, ”Nanti siang kalau menjemput jangan terlambat ya Pak Min!” Pak Min pun menjawab dengan bercanda, ”Siap...Bos!”
            Jam sudah menunjukkan pukul 13.30, namun Pak Min belum kelihatan batang hidungnya, dimanakah dia? Dea merasa cemas, jangan-jangan Pak Min lupa ya? Tapi ah... nggak mungkin, Pak Min orangnya disiplin, dia selalu tepat waktu. Atau jangan-jangan Pak Min sakit ya..? detik demi detik berlalu, Pak Min belum muncul juga, lama-lama Dea didera rasa ketakutan,rasanya ingin menangis.
Pak Min adalah orang kepercayaan keluarganya, laki-laki berkacamata itu adalah  seorang tukang becak yang selalu dimintai tolong untuk mengantar dan menjemput Dea sekolah. Sebetulnya rumah Dea tidak terlalu jauh, tetapi jalan di dekat rumahnya tidak dilalui angkutan umum, sedangkan mama papanya adalah orang yang super sibuk , sampai-sampai Dea memberi julukan jarum super alias jarang di rumah suka pergi.
Pak Min adalah seorang kepala keluarga yang mempunyai 5 orang anak. Istrinya adalah buruh cuci di sebuah laundry. Untuk menghidupi keluarganya Pak Min bekerja keras , selain bekerja sebagai tukang becak, apa pun yang bisa menghasilkan uang dia lakukan untuk tambahan belanja keluarga dan menyekolahkan anaknya.Selain bekerja sebagai tukang becak dia bekerja serabutan di rumah Pak Hendra papanya Dea. Tiap hari Pak Min diberi tugas untuk mengantar dan menjemput Dea, sehingga Dea pun merasa Pak Min sudah seperti orang tuanya sendiri, kadang keluh kesah dan problem yang dialaminya sering ditumpahkan pada Pak Min , bukan pada mama papanya.
Saat dia melamun di depan sekolahnya tiba-tiba sebuah  mobil Xenia masuk ke halaman sekolah, Dea hafal itu adalah mobil papanya. Nampak papanya turun dari mobil dengan tergesa-gesa lalu menghampiri Dea. “ Dea ayo segera pulang ,Nak” kata papanya. Dea kaget karena tak biasanya papa menjemputnya di sekolah. “Memang Pak Min kemana Pa?” jawab Dea dengan nada cemas. “Pak Min di rumah sakit, tadi saat menjemputmu dia tertabrak mobil” kata papanya lagi.


“Ya Allah....terus kondisinya bagaimana Pa?” tanya Dea sambil menangis terisak.
“Alhamdulillah jiwanya masih tertolong, tetapi kaki kirinya patah, Nak” lanjut pak Hendra. Tak terasa mobil sudah memasuki halaman Rumah Sakit Usaha Sehat. Dea sudah tak sabar ingin segera mengetahui kondisi Pak Min. Sampai di bangsal 4A Dea melihat Pak Min tergolek lemah ditunggui Lena putri sulungnya. “Maafkan Pak Min ya Non, tadi nggak bisa menjemput” kata pak Min pelan. “Tidak apa-apa pak Min, pak Min ga bersalah”. Cepat sembuh ya, kata Dea sambil menyalami Pak Min.
Seminggu kemudian Pak Min sudah diperbolehkan pulang. Namun dia belum bisa  aktif bekerja lagi. Saat Dea menjenguk Pak Min Di rumahnya, tiba-tiba Pak Min menangis, dia berkata kalau tidak bisa mengantar dan menjemputnya lagi. Dea kaget campur sedih, lalu bertanya,” Kenapa Pak Min ? bukankah kakinya sudah sembuh?”. “Iya Non, memang kaki saya sudah sembuh, tetapi saya tidak bisa bekerja lagi tanpa kaca mata, kacamata saya pecah saat kecelakaan itu terjadi” jawab Pak Min terbata-bata.
Dea pulang ke rumah dengan perasaan sedih, dia termenung di kamar dan mencari jalan keluar untuk bisa membantu Pak Min. Terpikir olehnya untuk meminta uang pada papanya, tetapi Dea tahu papanya baru saja membantu biaya rumah sakit dan operasi kaki Pak Min yang jumlahnya cukup banyak.
Tiba-tiba Dea teringat angry bird tabungan kesayangannya. Lalu tanpa pikir panjang, tabungan  angry bird kesayangannya dibuka,lalu isinya dituang ke dalam tas plastik. Esok hari Dea pergi ke rumah Pak Min. Dea ingin membelikan kacamata untuk Pak Min agar Pak Min bisa bekerja lagi.
Wisanti, 31 Mei 2013
Bunda Ayu Dewi